Monday, October 31, 2011

Warisan Politik Kolonel Muamar Gaddafi

Selama hampir 42 tahun berkuasa di Libya, Kolonel Muammar Gadhafi adalah salah satu diktator dunia yang paling eksentrik. Gaddafi sangat piawi memainkan peran politiknya, terkadang dikutuk dan terkadang didekati oleh Barat.

Sementara pemimpin Libya itu, selama berkuasa sangat brutal terhadap rakyatnya terutama, para aktivis Islam, dan sudah berapa banyak tokoh aktivis Islam yang tewas, maupun di penjarakannya. Gaddafi benar-benar seorang otokratis, sampai akhirnya digulingkan oleh rakyatnya.

Gaddafi penguasa yang paling lama berkuasa, 42 tahun, diantara penguasa di dunia Arab modern ini. Gaddafi selalu menampilkan dirinya sebagai "Pemimpin" di dunia Arab, dan penampilannya selalu kontras dan mencolok. Gaddafi suatu ketika menjadi sponsor gerakan perlawanan, dan sangat membenci Barat dan Yahudi, kemudian dia dituduh meledakkan dua pesawat penumpang di Lockerbie. Tetapi, Gaddafi kemudian membantu AS dalam perang melawan teror.

Gaddafi adalah seorang nasionalis Arab yang suka mengejek penguasa Arab yang dituduhnya sebagai antek Barat dan Zionis-Israel. Dalam puncak paradoknya, Gaddafi mengkhotbahkan tentang visinya yang paling "revolusioner" dan utopia, tapi suatu hari berubah menjadi diktator, yang akhirnya memicu revolusi terhadap dirinya.

Presiden AS Barack Obama berjabat tangan dengan pemimpin terguling Libya Muammar Gadhafi, sebelum makan malam pada pertemuan puncak G8 di L'Aquila pada 9 Juli, 2009. Di mana Gaddafi dapat bertemu dengan para pemimpin dunia, yang sangat langka itu.

Kematiannya pada hari Kamis, 20 Oktober, menjelang usianya yang ke 69 - ungkap Perdana Menteri Mahmoud Jibril - di mana sesudah terjadi perang yang sangat brutal dengan para pejuang Libya yang datang mengalahkannya di kota kelahirannya, Sirte. Gaddafi bersumpah tidak akan meninggalkan negaranya, sampai mati, dan keinginannya terkabul.

Sekarang para pejuang Libya (Minggu ini) mendeklarasi akhir kemenangan mereka, di Bengazi. Sebelumnya, Gadhafi tersingkir dari kekuasaannya oleh pemberontak yang dramatis, di mana rakyat diibukota Tripoli, merayakan kemenangan yang sangat luar biasa, pada 21 Agustus. Perang sipil yang berlangsung selama enam bulan, dan menelan korban yang begitu banyak.

Gaddafi terus meneriakkan dan memberikan dorongan para pengikutnya dan tentaranya, terus:"melawan!". Gadhafi telah mendesak para pengikutnya bahkan saat musuh-musuhnya berada di depan pintu gerbang ibukota Tripoli, sebelum melarikan diri ke daerah pedalaman Libya, di mana dia menyerukan kepada para pendukungnya harus terus bertempur, sampai titik darah penghabisan.

Gadhafi meninggalkan bangsanya, dan negeri yang sangat kaya minyak. Minyak begitu melimpah. Negeri yang berpenduduk 6,5 juta itu, sekarang mengalami trauma dengan berbagai kebijakan Gaddafi yang menguras kekayaan negara. Ibaratnya kapal negara diarahkan oleh keinginan seorang pria dan keluarganya. Gaddafi sangat terkenal dengan pakaian yang mewah - mulai dari jas putih dan kacamata hitam dengan seragam militer dengan bahunya menjumbai, jubah berwarna cerah dihiasi dengan peta Afrika - dia menyebut dirinya sebagai pemimpin "Bedouin", Raja, dan Filsuf.

Gaddafi sangat menikmati julukan dari para pemimpin dunia sebagai pemimpin yang menyebalkan, baik di Barat atau Timur Tengah.

Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, setelah pemboman 1986, yang menewaskan prajurit AS di Berlin, menuduh Libya. Reagan memberikan julukan Gaddafi sebagai "anjing gila." Mantan Presiden Mesir Anwar Sadat, yang terlibat perang perbatasan dengan Libya pada 1970-an, menulis dalam buku hariannya bahwa Gadhafi adalah "sakit jiwa" dan "membutuhkan pengobatan."

Muammar Gadhafi dan Para Pemimpin Dunia

Pemimpin Libya Muammar Gadhafi menghadiri perayaan ulang tahun tahta kekuasaannya ke-40, di Lapangan Hijau di Tripoli, 1 September 2009.

Dibalik karakternya yang flamboyan dan kecakapannya memainkan pertunjukan politik, rekannya mengatakan Gadhafi adalah pemimpin yang sangat teliti dalam mengelola kekuasaannya. Gaddafi terlibat dan ikut langsung dalam keputusan besar dan kecil, dan secara terus-menerus bertemu secara pribadi dengan para pemimpin suku dan pejabat militer yang mendukung dia.

Mereka yang menjadi bagian kekuasaannya itu, mendapatkan posisi-posisi yang sangat penting dalam kekuasaannya. Tetapi, umumnya pos-pos yang sangat penting diserahkan kepada keluarganya. Seperti anak-anaknya, saudaranya, dan keluarga dekatnya.

Gaddafi secara permanen melakukan cengkeramannya pada negara. Banyak usaha kudeta dan upaya pembunuhan terhadap dirinya selama bertahun-tahun, tetapi sebagian besar berakhir dengan eksekusi terhadap para komplotan yang ingin menggulingkannya. Mereka yang ingin menggulingkannya mendapt ganjaran digantung di alun-alun ibukota Tripoli, dan disaksikan rakyatnya.

Mengapa umur kekuasaannya begitu panjang? Rahasianya terletak pada cadangan minyak yang sangat besar di bawah gurun pasir di negara Afrika Utara itu. Inilah yang menyebabkan umur kekuasaan Gaddafi begitu panjang. Karena uang dari minyak yang mengalir tanpa henti, bermilyar-milyar dollar, dan sekarang kekyaaan Gaddafi mencapai $ 160 miliar dollar, dan dengan kekayaan sebesar itu, Gaddafi dapat melakukan apa saja yang diinginkannya.

Tetapi, yang paling spektakuler peristiwa yang terjadi pada akhir 2003. Di mana Gaddafi selalu menyangkal, keterlibatannya dalam pemboman pesawat Pan Am, tetapi tiba-tiba Gaddafi mengakui bertanggungjawab atas pemboman terhadap pesawat Pan Am tahun l988, yang menewaskan seluruh penumpangnya, di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan 270 orang. Gaddafi setuju membayar hingga US $ 10 juta dollar tiap keluarga korban.

Gaddafi melakukan langkah-langkah yang dramatis lainnya, di mana Gaddafi juga mengumumkan bahwa Libya akan membongkar arsenal nuklirnya, program senjata kimia dan biologi yang berada di bawah pengawasan internasional.

Peristiwa itu mengubah persepsi Barat terhadap Gaddafi, yang sebelumnya dituduh sebagai : "Sponsor dan bapak" terorisme internasional, dengan sangat cepat mendapatkan penghargaan dari negara-negara Barat. Persepsi negara-negara Barat berubah drastis, dan para pemimpin Barat, mengantri ingin bertemu dengan Gaddafi.

Maka, hanya beberapa bulan kemudian, Amerika Serikat menghapus sanksi ekonomi dan melakukan normalisasi kembali hubungan diplomatik dengan Libya. Para pemimpin Uni Eropa di Brussels bertemu dengan Presiden Muammar Gadhafi. Dengan jamuan yang sangat istimewa. Sebagai sahabat. Tidak nampak adanya permusuhan, seperti yang terjadi sebelumnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice pada tahun 2008, menjadi pemimpin pertama dan pejabat tertinggi Amerika Serikat mengunjungi negara Libya, di mana hubungan antara Amerika Serikat - Libya sudah lebih dari 50 tahun putus. Perdana Menteri Inggris Tony Blair, mengunjunginya di Tripoli, bahkan Blair mendapatkan "hadiah" yang tidak sedikit dari Gaddafi.

Perusahaan minyak internasional bergegas untuk berinvestasi di bidang Libya. Dokumen terungkap setelah jatuhnya Gadhafi mengungkapkan kerjasama yang erat antara badan intelijen dan CIA dalam mengejar tersangka teror setelah 9 / 11 serangan, bahkan sebelum AS mencabut penunjukan dari Libya sebagai sponsor teror di tahun 2006.

Namun, sikap Gadhafi tidak berubah. Setelah polisi Swiss melakukan penangkapan anaknya Hannibal, karena diduga memukuli dua pelayan di sebuah hotel mewah di Jenewa pada tahun 2008, Gadhafi menangkap dua warga negara Swiss, dan kedua pria Swiss itu ditahan dengan tuduhan yang tidak jelas. Sampai kemudian Gaddafi melepaskan kedua pria Swiss, sesudah anaknya Hanibal dibebaskan pmerintah Swiss.

Negara-negara Eropa, sangat bersemangat membangun hubungan ekonomi dengan Libya. Para investor dari Uni Eropa datang berbondong-bondong ke Libya menanamkan invstasi dibidang minyak, gas, dan industri serta terlibat dalam pembangunan. Sengketa dengan Swiss berakhir.

Tapi, Gadhafi yang sangat lekat dengan mencintai kekuasaannya itu, sekali lagi paria yang flamboyan itu, menggunakan kekuatan militernya yang sangat canggih melakukan penumpasan dengan brutal terhadap pemberontakan rakyatnya, Februari. Gaddafi mengerahkan seluruh kekuatan militer, dan bahka menyewa pasukan bayaran dari Uni Afrika, guna menghadapi pemberontakan rakyatnya. Semua gerakan rakyat di Libya itu, terinspirasi oleh "Revolusi di Dunia Arab". Inilah yang menjadi titik awal berakhirnya era kekuasaan Presiden Muammar Gaddafi, yang sudah berlangsung selama 42 tahun. Waktu yang sangat panjang bagi sebuah kekuasaaan.

Tetapi, hakekatnya "Barat adalah Barat", selalu pragmatis. Gaddafi yang sudah berubah, dan menjadi sekutu Barat, tidak dibelanya, dan tidak ada belas kasihannya terhadap Gaddafi, yang menghadapi pemberontakan rakyatnya. Justru negara-negara Barat, yang sudah memilliki hubungan persahabatan para pemimpinnya dengan Kolonel Muammar Gaddafi itu, mensponsori resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB,yang mengesahkan zona larangan terbang bagi k Libya pada bulan Maret, dan dilanjutkan NATO melancarkan kampanye serangan udara melawan pasukan Gaddafi secara massif.

Begitu watak Barat terhadap para sekutu dan teman mereka, jika sudah posisi melemah, dan tidak mendapatkan dukungan rakyatnya, tak segan-segan membuangnya, dan ikut menghancurkannya. Seperti yang dialami Gaddafi.

Kekuatan para oposisi tidak memadai tanpa adanya dukungan pasukan Nato, yang menggunakan arsenal angkatan udaranya, yang terus-menerus melakukan pemboman terhadap posisi-posisi pasukan Gaddafi, dan itu memberikan keuntungan dan kemenangan bagi kekuatan oposisi.

"Saya seorang pejuang, seorang revolusioner dari tenda. ... Saya akan mati sebagai seorang martir di akhir kekuasaan saya," ucapnya. Semuanya pernyataannya terbukti. Itulah pidato terakhirnya di televisi selama berlangsungya pemberontakan, dengan suara yang bergetar podium dekat patung emas, yang menghancurkan sebuah pesawat tempur Amerika Serikat.

Gadhafi lahir pada tahun 1942 di padang pasir Libya dekat Sirte. Gaddafi putra dari seorang ayah Badui yang pernah dipenjara, karena menentang penjajah Italia. Gadhafi muda tampaknya mewarisi sifat ayahnya yang pemberontak. Ketika masih sekolah, dikeluarkan dari sekolah, karena memimpin demonstrasi, dan menjadi tentara Gaddafi mengorganisir sel revolusioner, yang kemudian melakukan kudeta.

Pada tahun 1969, ketika Gaddafi masih berpangkat kapten, dan berusia 27 tahun, Gaddafi muncul sebagai pemimpin dari kelompok perwira yang menggulingkan Raja Idris. Gaddafi, seorang tokoh, yang tampan gagah berseragam dan kacamata hitam, Gadhafi mengambil alih kekuasaan tak terbantahkan dan menjadi simbol perlawanan anti-Barat di Dunia Ketiga, ketika itu, Libya baru saja dibebaskan dari penguasa kolonial Eropa.

Selama tahun 1970-an, Gadhafi berusaha mengubah bangsanya. Gaddafi menutup pangkalan udara AS. Gaddafi mengusir 20.000 warga negara Italia, sebagai balasan atas penjajahan yang dilakukan Itali, selama tahu 1911-1941. Perusahaan-perusahaan dinasionalisasi. Gaddafi sebagai sosok baru di dunia Arab dan Afrika Utara, yang sangat memberi inspirasi, dan melebihi Presiden Gamal Abdul Nasser.

Pada tahun 1975 ia menerbitkan "Buku Hijau," yang menjadi manifesto politik yang meletakkan apa yang disebut "Teori Internasional Ketiga" dari pemerintah untuk rakyat. Di mana Gaddafi membuat visi yang akan menjadi alternatif, menghadapi Dunia Barat, yang sangat mapan, dan menindas. Gaddafi menyatakan Libya menjadi "Jamahiriya" - "Republik Rakyat" sebuah neologisme Arab. Gaddafi dalam "Buku Hijau" menggabungkan Islamisme, Sosialisme, dan Arabisme. Mirip Nasakomnya Soekarno di Indonesia.

Semua aturan, menyerukan demokrasi perwakilan, yang sebenyarnya suatu bentuk tirani, dan Libya diorganisir menjadi "komite rakyat", yang akhirnya menjelma "Kongres Rakyat," semacam parlemen.

Akhirnya, semua aturan dimaksud dengan tidak ada kecuali Gadhafi, yang ditinggikan dirinya menjadi kolonel dan menyatakan dirinya sebagai "Pemimpin".

"Dia bercita-cita untuk menciptakan sebuah negara yang ideal," kata analis Afrika Utara Saad Djebbar dari Universitas Cambridge. "Dia berakhir tanpa komponen negara yang normal, dan semua ditentukan oleh 'kekuatan rakyat',dan itu sistem yang paling tidak berguna di dunia..". Tetapi, semuanya menjelma menjadi dirinya sendiri.

Pada 1970-an dan 1980-an, Gadhafi mendukung kelompok yang dianggap oleh Barat menjadi teroris - dari Tentara Republik Irlandia, kelompok pejuang Palestina pejuang Muslim di Filipina. Gaddafi melakukan serangkaian petualangan militer di Afrika, menyerang Chad pada 1980-89, dan memasok senjata, memberi pelatihan dan keuangan pemberontak di Liberia, Uganda dan Burkina Faso.

Sebuah insiden 1984 di Kedutaan Besar Libya di London. Seorang pria bersenjata di dalam kedutaan menembaki demonstran terhadap lawan Gadhafi yang ada diluar, dan menewaskan seorang polisi Inggris.

Pemboman Lockerbie diikuti pada tahun 1988, diikuti pemboman terhadap sebuah pesawat Perancis atas Niger, Afrika Barat. Barat marah, dan bertahun-tahun Libya dikenakan sanksi.

Tetapi, suatu perubahan dimulai pada tahun 1999, ketika pemerintah Gadhafi menyerahkan dua Libya untuk diadili dalam pemboman Lockerbie. Pada tahun 2001, sebuah pengadilan Skotlandia, seorang agen intelijen dihukum, dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup.

Pada tahun 2002, Gadhafi mengatakan kepada rakykatnya di kota Sabha, selatan ibukota Tripoli. Gaddafi mengatakan, "Di hari tua saya, mereka menyebut kami sebuah negara yang jahat, mereka menuduh kami sebagai negara yang berbahaya. Kami.. dituduh memiliki perilaku revolusioner", ujarnya.

Sepanjang pemerintahannya, ia adalah seorang pemain sandiwara yang sangat piawai melakonkan perannya di tengah-tengah masyarakat dunia. Gaddafi tidak pernah berhenti bersandiwara. Sampai titik akhir perjalanannya di kampung halamannya di Sirte.

Penampilannya di KTT Liga Arab membuat para pemipin Arab mengernyit dahinya. Pada satu kesempatan, Gaddafi berargumen sangat keras dengan Raja Arab Saudi Abdullah, membuat kebencian abadi dengan Raja Arab Saudi itu. Di kesempatan lainnya, Gadhafi merokok cerutu di ruang konferensi selama pidato untuk menunjukkan kebenciannya terhadap Raja Arab Saudi.

Dalam pidato PBB 2009, Gaddafi berbicara tentang ketidak nyamanannya selama berada di New York, karena jet lag, kemudian merobek-robek salinan Piagam PBB, Dewan Keamanan, sembari mengatakan, "Seharusnya disebut dewan terorisme", ucapnya.

Dalam kunjungan ke berbagai negara, Gaddafi sering bersikeras mendirikan tenda, yang sangat merepotkan bagi negara yang dikunjunginya. Dia memakai pengawal pribadi perempuan - yang Gaddafi pernah menjelaskan dengan mengatakan: ". Tidak ada orang laki-laki di dunia Arab", cetusnya.

Sebuah kabel 2009 diplomatik Amerika Serikat yang dirilis oleh situs WikiLeaks, menyebutkan Gadhafi takut tinggal di lantai atas gedung bertingkat, keengganannya naik pesawat terbang, dan suka balap kuda dan menari flamengo.

Gaddafi mengganti nama bulan, bulan Januari yang dingin menjadi, "Ain al-Nar," bahasa Arab untuk "Di mana neraka."

Dalam dekade terakhir, kekuasaannya semakin terkonsentrasi kepada delapan anak kandungnya, yang menguasai pasukan elite militer, intelijen, atau posisi bisnis yang menguntungkan.Anaknya Seif al-Islam, yang berpendidikan di Cambridge, Inggris, secara luas dilihat dipersiapkan sebagai penggantinya. Nampaknya, tidak kepada Kamis, kekuasaan itu akan dialihkannya. Putri satu-satunya, Aisyah, menjadi pengacara dan membantu dalam pemerintahan Saddam Hussein, diktator Irak terguling.

Gadhafi tidak menghabiskan pendapatan minyaknya membangun sekolah, rumah sakit, irigasi dan perumahan. Tidak begitu menyolok sebagai negara yang paling kaya minyak di kawasan Mediterania dalam pembangunan.

"Dia benar-benar membawa Libya dari menjadi salah satu negara yang paling terbelakang dan paling miskin di Afrika. Negara yang kaya minyak dengan infrastruktur yang terbatas, dan penduduk Libya tidak mendapatkan layanan yang memadai bagi kebutuhan hidup mereka", ucap George Joffe dari Universitas Cambridge.

Sepertiga rakyat Libya tetap dalam kemiskinan. Tetapi, Gadhafi hidup dengan penuh berkah dan kekayaan yang melimpah, dan hidup serba mewah di ibukota Tripoli yang disulap menjadi sebuah "surga". Sementara itu, bagian timur Libya, seperti Benghazi, yang menjadi pusat pemberontakan, tetap miskin.

Putranya, selama berlangsung pemberontakan 2011 di Misrata, yaitu Khamis dan Mu'tasim, yang memimpin pasukan unit khusus militer, diyakini tewas. Lainnya, bersama dengan istrinya Safiyah, melarikan diri ke Aljazair tetangga atau Niger. Seif al-Islam, berhasil melarikan diri ke Niger.

Kisah Kolonel Muammar Gaddafi yang sangat penuh warna dalam kehidupan dan kekuasaannya, dan berakhir dengn sangat tragis, dibunuh oleh rakyatnya sendiri. (mas)

Sumber: http://www.eramuslim.com

Sekilas Tentang Krisis Rudal Kuba 1962

Krisis Rudal Kuba adalah sebuah krisis yang terjadi antara tahun 1962 yang terjadi sebagai akibat dari Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Krisis ini terjadi setelah terungkap fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia. Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan kemarahan Uni Soviet, sebagai pemimpin komunis dunia, maupun rakyat Kuba sendiri.


Pada bulan September 1962, Nikita Khruschev, Perdana Menteri Uni Soviet, menyatakan kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy bahwa setiap serangan berikutnya terhadap Kuba akan dinilai sebagai tindakan perang. Tidak lama kemudian, Uni Soviet segera menempatkan rudal-rudal berukuran sedang yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir di Kuba. Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar dalam waktu singkat setelah diluncurkan. Pada tanggal 22 Oktober 1962, Kennedy muncul di muka publik dan menuntut Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu yang dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.

Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya. Kapal-kapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik kuba; pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan bersiaga menghadapi serangan udara. Untungnya, pada tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji tidak akan menyerbu Kuba.

Sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=26653

AS Mengetahui Adanya Penyiksaan di Penjara-penjara Afghanistan

Laporan terbaru menunjukkan bahwa para pejabat AS terus mengirim tersangka teroris ke pusat penahanan Afghanistan walaupun mereka memiliki pengetahuan sebelumnya tentang adanya pelanggaran terhadap tahanan yang terjadi di sana.


Washington terus mentransfer tahanan ke fasilitas yang dijalankan oleh dinas intelijen Afghanistan meskipun pejabat dari Departemen Luar Negeri AS, Central Intelligence Agency (CIA) dan militer AS telah menerima beberapa peringatan tentang adanya penyiksaan sistematis di penjara Afghanistan, The Washington Post melaporkan hari Minggu kemarin (30/10).

Salah satu pusat penahanan terkenal, terletak di dekat markas militer AS di Kabul, dikenal sebagai Departemen 124.

Fasilitas ini dijalankan oleh badan intelijen Afghanistan dan berisi hingga 40 tersangka terorisme.

Penyiksaan banyak terjadi di pusat tahanan tersebut, seorang tahanan mengatakan kepada PBB, menambahkan bahwa saking terkenalnya tempat penahanan itu orang-orang menyebutnya sebagai "neraka."

Tahanan dilaporkan mengalami penyiksaan, dipukul dan disetrum.

Menurut pejabat Afghanistan dan Barat yang akrab dengan penjara tersebut, pasukan Operasi Khusus AS menyerahkan tahanan ke Departemen 124, yang dibangun kembali pada tahun 2010 oleh uang Amerika dan telah dikunjungi secara teratur oleh pejabat CIA.

Pada bulan Agustus, PBB secara terbuka mengungkapkan adanya "penyiksaan sistematis" terhadap para tahanan di fasilitas penjara Afghanistan.

Pemerintah AS telah menggunakan fasilitas untuk menginterogasi tersangka terortingkat tinggi Taliban dan al-Qaidah.(fq/prtv)

Sumber: http://www.eramuslim.com

Mobil Tanker Minyak NATO Kembali Diserang Gerilyawan Pakistan


Gerilyawan Pakistan telah menyerang sebuah mobil tanker yang membawa bahan bakar untuk pasukan pimpinan Amerika di negara tetangga Afghanistan.

Mobil tanker minyak sedang dalam perjalanan dari Karachi ke kota Quetta Pakistan di barat daya provinsi Balochistan pada Minggu malam kemarin (30/10) ketika diserang.

Para gerilyawan Pakistan menembaki truk dan memaksa untuk berhenti, menculik pengemudi dan pembantunya dan dibawa lokasi yang tidak diketahui.

Ratusan pasokan truk NATO telah hancur di Pakistan selama beberapa tahun terakhir.

Pejuang Pakistan mengatakan serangan sebagai respon terhadap pembunuhan tidak sah pesawat tak berawak AS di zona suku Pakistan.

Serangan truk NATO telah mendorong para pejabat AS untuk mencari rute alternatif untuk mentransfer pasokan bagi pasukan asing di Afghanistan.(fq/prtv)

Sumber: http://www.eramuslim.com

Hari Ini NATO Akhiri 7 Bulan Operasi Militer di Libya

NATO mengakhiri pemboman tujuh bulan mereka di Libya sehingga memungkinkan pemberontak Libya berhasil menggulingkan rezim Muammar Gaddafi.


Para pejabat mengatakan semua operasi NATO akan berakhir Senin tengah malam. Misi pengeboman pasukan aliansi telah berhenti segera setelah kematian Gaddafi awal bulan ini tetapi tetap mempertahankan patroli udara biasa.

Pejabat NATO menyatakan pesawat tempur mereka melakukan 9.600 serangan di tujuh bulan terakhir, dan menghancurkan sekitar 5.900 sasaran militer.

Dewan Keamanan PBB memberikan izin penyerangan NATO ke Libya pada Maret lalu dalam upaya untuk melindungi warga sipil yang terjebak dalam perang saudara. (fq/ap)

Sumber: http://www.eramuslim.com

Thursday, October 27, 2011

Sejarah Ksatria Hospitaller

Ksatria Hospitaller, juga dikenal sebagai Ordo Hospitaller atau secara sederhana dikenal dengan sebutan kaum Hospitaller, adalah sekelompok pria yang ditugaskan menjaga sebuah rumah sakit di Yerusalem yang didirikan oleh Gerard Yang Terberkati di sekitar tahun 1023, darimana dua ordo ksatria besar tumbuh berkembang: Ordo Santo Yohanes (sakarang di beberapa cabang dikenal sebagai Ordo Militer Merdeka Malta dan sebagai Ordo Santo Yohanes (Bailiwick dari Brandenburg atau Johanniterorden) dan Ordo Santo Lazarus.


Kaum Hospitaller berkembang oleh karena kinerja sebuah rumah sakit milik Almafi (sebuah kerajaan kecil di Italia) yang terletak di distrik Muristan di Yerusalem, didirikan sekitar tahun 1023 untuk memberikan pelayanan bagi kaum papa, orang sakit dan para peziarah Tanah Suci yang terluka. Setelah dikuasainya Yerusalem oleh tentara Kristen Barat di tahun 1099 selama masa Perang Salib Pertama, organisasi ini menjadi sebuah Ordo Keagamaan dan Ordo Militer menurut akta pembentukannya, dan diberikan tugas untuk menjaga dan mempertahankan Tanah Suci. 

Setelah Perang Salib Kesembilan dimana Tanah Suci direbut oleh tentara Muslim, ordo ini beroperasi dari Pulau Rodos, dimana wilayah itu adalah wilayah merdeka, dan kemudian dari Pulau Malta dimana mereka menjadi negara bawahan di bawah raja negara bagian Spanyol di Sisilia.

Kekuatan ordo ini dilemahkan saat Malta direbut oleh Napoleon Bonaparte di tahun 1798 dan menjadi terpencar di seluruh penjuru Eropa. Mereka memperoleh kekuatannya kembali selama abad ke-19 saat ordo ini merubah tujuan keberadaan mereka ke tujuan-tujuan yang bersifat kemanusiaan dan keagamaan. Kepala lima Ordo Santo Yohanes modern semuanya menegaskan bahwa Ordo Militer Merdeka Malta Katolik Roma dengan markas besarnya di Roma merupakan ordo asli dan keempat ordo Protestan berasal dari akas yang sama. 

Cabang-cabang Protestan berpusat di Berlin (the Bailiwick of Brandenburg of the Order of Saint John), Den Haag (the Order of Saint John in the Netherlands), dan Stockholm (the Order of Saint John in Sweden), dan sebuah cabang di Inggris yang bangkit kembali berpusat di London (the Most Venerable Order of the Hospital of Saint John of Jerusalem).

Sumber: http://id.wikipedia.org

Sejarah Garda Swiss

Garda Swiss atau Pasukan Pengawal Swiss adalah tentara bayaran Swiss yang telah bertugas sebagai pengawal pribadi, pasukan upacara dan penjaga istana di berbagai tempat di Eropa dari akhir abad ke-15 hingga hari ini (dalam bentuk Garda Swiss Sri Paus). Mereka pada umumnya memiliki reputasi sebagai pasukan yang sangat disiplin dan sangat setia pada para pihak yang menyewa jasa mereka. Beberapa unit Garda Swiss juga pernah bertempur di medan laga. Terdapat pula resimen-resimen tentara bayaran Swiss reguler yang bertugas sebagai tentara terdepan dalam berbagai kesatuan, seperti kesatuan-kesatuan dari Perancis, Spanyol dan Naples hingga abad ke-19.

Berbagai pasukan Garda Swiss pernah hidup. Kesatuan pasukan tersebut yang paling tua adalah Garda Seratus Swiss (Swiss Hundred Guard / Cent-Garde) di istana-istana Perancis (1497-1830). Kesatuan kecil ini kemudian dilengkapi oleh sebuah Resimen Garda Swiss di tahun 1567. Garda Swiss Sri Paus di Vatikan dibentuk pada tahun 1506 dan merupakan satu-satunya kesatuan Garda Swiss yang masih ada. Di abad ke-18 beberapa kesatuan Garda Swiss yang lain juga dibentuk dan tinggal di berbagai istana monarki Eropa.

Sejarah Lahirnya Garda Swiss Sri Paus

Garda Swiss Sri Paus (Bahasa Inggris: The Corps of the Pontifical Swiss Guard; Bahasa Jerman: Schweizergarde; Bahasa Italia: Guardia Svizzera Pontificia; Bahasa Latin: Pontificia Cohors Helvetica atau Cohors Pedestris Helvetiorum a Sacra Custodia Pontificis) sebagai bagian dari militer Vatikan adalah sebuah pengecualian dari undang-undang Swiss tahun 1874 dan 1927. Pasukan ini adalah sebuah kesatuan kecil yang bertanggung-jawab terhadap keamanan gedung-gedung di Vatikan, jalur masuk ke kota Vatikan dan keselamatan Paus. Bahasa resmi mereka adalah Bahasa Jerman.

Sejarah Garda Swiss di Vatikan bermula di abad ke-15. Paus Siktus IV (1471-1484) sebelumnya telah membuat aliansi dengan Konfederasi Swiss dan membangun banyak barak di Via Pellegrino setelah memprediksi kemungkinan menggunakan jasa tentara bayaran Swiss. Pakta tersebut diperbarui oleh Paus Innosentius VIII (1484-1492) untuk menggunakan jasa mereka melawan Adipati Milan. Paus Aleksander VI (1492-1503) kemudian juga menggunakan jasa tentara bayaran Swiss selama aliansi mereka dengan raja Perancis.

Pada era Borgias, atau era dimana keluarga Borgia menguasai kepemimpinan Gereja, perang di Italia mulai berkecamuk dimana tentara-tentara bayaran Swiss menjadi pasukan garis depan tetap bagi faksi-faksi yang bertikai - kadang-kadang untuk Perancis dan kadang-kadang untuk pihak Gereja atau Kekaisaran Romawi Suci. Para tentara bayaran ini bergabung ketika mereka mendengar bahwa Raja Charles VIII dari Perancis akan menyatakan perang terhadap Naples. Di antara peserta dalam perang Perancis-Naples adalah Kardinal Giuliano della Rovere (bakal menjadi Paus Julius II tahun 1503-1513), yang memiliki hubungan baik dengan orang-orang Swiss setelah menjadi Uskup Lausanne beberapa tahun sebelumnya. Usaha untuk menjatuhkan Naples ini gagal karena, salah satunya, adalah beberapa aliansi baru yang dibentuk oleh Paus Alexander VI untuk melawan pasukan Perancis.

Ketika Kardinal della Rovere menjadi Paus Julius II di tahun 1503, ia meminta Dewan Swiss untuk menyediakan sebuah korps tetap berkekuatan 200 tentara bayaran Swiss untuk menjadi pengawalnya. Pada bulan September 1505, kontingen pertama sejumlah 150 tentara memulai perjalanan mereka menuju Roma, di bawah komando Kaspar von Silenen. Mereka memasuki pintu gerbang Vatikan pada tanggal 22 Januari 1506 - tanggal yang dijadikan hari lahir Garda Swiss Sri Paus.

"Rakyat Swiss melihat situasi Gereja Tuhan - Ibu Iman Kristiani yang menyedihkan, dan sadar bagaimana besarnya bahaya dan malapetaka yang bisa dilancarkan tanpa ampun oleh tirani manapun yang rakus akan harta dunia pada Ibu Semua Iman Kristiani ini," begitu pernyataan Ulrich Zwingli, seorang Swiss beragama Katolik yang belakangan menjadi seorang reformis Protestan.

Paus Julius II kemudian menganugerahi Garda Swiss ini dengan gelar "Pembela Kemerdekaan Gereja".

Keanggotaan Garda Swiss Sri Paus

Para tentara Garda Swiss ini haruslah pria beragama Katolik, belum menikah, memiliki kewarganegaraan Swiss, telah menyelesaikan pendidik dasar militer dari Angkatan Bersenjata Swiss, dan dapat memperoleh sertifikat kelakuan baik. Para calon pasukan ini haruslah minimal memiliki sebuah diploma profesional atau lulus SMA, berusia antara 19 hingga 30 tahun, dan memiliki tinggi badan minimal 174 cm.

Semua calon yang memiliki kualifikasi tersebut harus mendaftarkan diri untuk bisa dipilih menjadi anggota pasukan elit tersebut. Bila dipilih, anggota-anggota baru disumpah di setiap tanggal 6 Mei di Lapangan San Damaso (Bahasa Italia: Cortile di San Damaso) di Vatikan. Tanggal 6 Mei adalah hari peringatan peristiwa Jatuhnya Roma Tahun 1527. Pastor dari Garda Swiss akan membaca sumpah dengan lantang dalam bahasa para pasukan tersebut (mayoritas berbahasa Jerman, beberapa berbahasa Perancis, sedikit berbahasa Italia):

(dalam Bahasa Jerman)
“ "Ich schwöre, treu, redlich und ehrenhaft zu dienen dem regierenden Papst [nama] und seinen rechtmäßigen Nachfolgern, und mich mit ganzer Kraft für sie einzusetzen, bereit, wenn es erheischt sein sollte, selbst mein Leben für sie hinzugeben. Ich übernehme dieselbe Verpflichtung gegenüber dem Heiligen Kollegium der Kardinäle während der Sedisvakanz des Apostolischen Stuhls. Ich verspreche überdies dem Herrn Kommandanten und meinen übrigen Vorgesetzten Achtung, Treue und Gehorsam. Ich schwöre, alles das zu beobachten, was die Ehre meines Standes von mir verlangt." ”

(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“ "Saya bersumpah untuk melayani Paus yang berkuasa [nama Paus] dan para penerusnya yang resmi dengan sepenuh hati, penuh kejujuran dan penuh kehormatan, dan untuk mendedikasikan diri saya kepada mereka dengan semua kekuatan saya, siap untuk mengorbankan bahkan nyawa saya sekalipun setiap saat bila perlu untuk mereka. Dengan demikian saya mengajukan janji ini pada para anggota Dewan Kardinal yang suci dalam periode Sede vacante di Kepengurusan Murid-murid Tuhan. Kemudian daripada itu, saya berikrar untuk menghormati, setia dan taat pada Komandan dan para perwira lainnya. Saya bersumpah untuk mentaati semua persyaratan yang dibuat untuk kewibawaan posisi saya." ”

Ketika namanya dipanggil, tiap anggota Garda Swiss yang baru mendekatkan diri pada bendera Garda Swiss dan memegang kain bendera dengan tangan kirinya. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengahnya diacungkan sebagai seimbol dari Trinitas, dan mengucapkan:

(dalam Bahasa Jerman)
“ "Ich, [Name des Rekruten], schwöre, alles das, was mir soeben vorgelesen wurde, gewissenhaft und treu zu halten, so wahr mir Gott und seine Heiligen helfen." ”

(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“ "Saya, (menyebutkan nama), bersumpah untuk dengan segenap hati dan konsisten mematuhi semua hal yang baru saja dibacakan pada saya, dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Para Santo/Santa menjadi saksinya." ”

Masa tugas anggota Garda Swiss Sri Paus adalah antara 2 hingga 25 tahun.

Seragam

Seragam resmi mereka berwarna biru, merah, oranye dan kuning dengan penampilan gaya Masa Pencerahan (Renaissance) yang sangat unik. Salah satu anggapan yang salah yang sering terjadi adalah bahwa seragam tersebut dirancang oleh Michelangelo. Padahal, perancang seragam tersebut adalah Komandan Jules Repond (bertugas 1910-1921) pada tahun 1914. Walau seragam Garda Swiss yang sedang membawa Paus Julius II dalam sebuah tandu yang dilukis oleh Raphael seringkali disebut sebagai sumber inspirasi untuk seragam Garda Swiss saat ini, kenyataannya adalah seragam tersebut adalah gaya yang umum untuk seragam tentara di Masa Pencerahan.

Gambaran yang jelas dari seragam Garda Swiss modern bisa dilihat dalam lukisan karya Jacob Coppi tahun 1577 yang menggambarkan Ratu Eudoxia sedang berbincang dengan Paus Sixtus III. Disana jelas terlihat pendahulu dari seragam tiga warna masa kini yang dilengkapi dengan penutup sepatu bot, sarung tangan putih, kerah tinggi berkerut-kerut, dan sebuah baret hitam atau sebuah morion (helm tentara khas abad ke-16/17) berwarna hitam (berwarna perak mengkilat untuk upacara-upacara khusus). Para sersan mengenakan atasan berwarna hitam dan celana berwarna merah bata, sementara perwira lainnya mengenakan seragam berwarna merah bata seluruhnya.

Seragam harian bersifat lebih praktis, terdiri atas pakaian seragam berwarna biru tua, sebuah ikat pinggang sederhana berwarna coklat, kerah putih yang datar (tidak berkerut-kerut) dan sebuah baret hitam. Untuk anggota baru dan latihan menembak, seragam berwarna biru muda dan ikat pinggang coklat cukup untuk digunakan. Selama musim dingin atau cuaca yang tidak cerah, sepotong kain panjang berwarna biru tua dikenakan untuk menutupi seragam yang sedang dikenakan.

Warna asli biru dan kuning diresmikan oleh Paus Julius II mengambil warna-warna simbol keluarganya (Della Rovere). Paus Leo X menambahkan warna merah untuk menunjukkan warna simbol keluarganya (Medici).

Garda Swiss Saat Ini

Setelah percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca, perhatian yang lebih mendalam telah dilakukan terhadap peran Garda Swiss selain menjadi anggota upacara. Perhatian ini terwujud dengan diadakannya latihan bertempur tanpa senjata, latihan tempur yang lebih mendalam, serta diijinkannya penggunaan senjata api dalam melakukan tugas mereka.

Pada tanggal 6 Mei 2003, Dhani Bachmann resmi menjadi orang non-kulit putih pertama yang menjadi anggota Garda Swiss Sri Paus. Dhani adalah anak yatim-piatu dari India yang diadopsi oleh sebuah keluarga Katolik Swiss dari Luzern yang berbahasa Jerman.

Daftar Komandan Garda Swiss

  1. Kaspar von Silenen, Uri (1506-1517) 
  2. Markus Röist, Zürich (1518-1524) 
  3. Kaspar Röist, Zürich (1524-1527) 
  4. Jost von Meggen, Luzern (1548-1559)
  5. Kaspar Leo von Silenen, Luzern (1559-1564)
  6. Jost Segesser von Brunegg, Luzern (1566-1592)
  7. Stephan Alexander Segesser von Brunegg, Luzern (1592-1629)
  8. Nikolaus Fleckenstein, Luzern (1629-1640)
  9. Jost Fleckenstein, Luzern (1640-1652)
  10. Johann Rudolf Pfyffer von Altishofen, Luzern (1652-1657)
  11. Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1658-1686)
  12. Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1686-1696)
  13. Johann Kaspar Mayr von Baldegg, Luzern (1696-1704)
  14. Johann Konrad Pfyffer von Altishofen, Luzern (1712-1727)
  15. Franz Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1727-1754)
  16. Jost Ignaz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1754-1782)
  17. Franz Alois Pfyffer von Altishofen, Luzern (1783-1798)
  18. Karl Leodegar Pfyffer von Altishofen, Luzern (1800-1834)
  19. Martin Pfyffer von Altishofen, Luzern (1835-1847)
  20. Franz Xaver Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1847-1860)
  21. Alfred von Sonnenberg, Luzern (1860-1878)
  22. Louis-Martin de Courten, Wallis (1878-1901)
  23. Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1901-1910)
  24. Jules Repond, Freiburg (1910-1921)
  25. Alois Hirschbühl, Graubünden (1921-1935)
  26. Georg von Sury d'Aspremont, Solothurn (1935-1942)
  27. Heinrich Pfyffer von Altishofen, Luzern (1942-1957)
  28. Robert Nünlis, Luzern (1957-1972)
  29. Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1972-1982)
  30. Roland Buchs, Freiburg (1982-1997, 1998)
  31. Alois Estermann, Luzern (1998)
  32. Pius Segmüller, St. Gallen (1998-2002)
  33. Elmar Theodor Mäder, St. Gallen (2002-)

Sumber: http://id.wikipedia.org

Jatuhnya Roma (1527)

Jatuhnya Roma pada tanggal 6 Mei 1527 akibat serangan tentara Charles V menandai kemenangan penting bagi pihak kekaisaran dalam konflik antara Kekaisaran Romawi Suci dan Liga Cognac (1526-1529) - aliansi dari Perancis, Milan, Venice, Florence dan Vatikan.


Latar Belakang

Paus Klemens VII telah memberikan dukungannya pada Perancis dalan sebuah usaha untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa, dan membebaskan Vatikan dari dominasi pengaruh Kekaisaran Romawi Suci. Pasukan Kaisar Romawi Suci telah mengalahkan pasukan Perancis di Italia, tapi tidak memiliki uang untuk membayar gaji para prajurit. Sekitar 34.000 tentara Kekaisaran itu kemudian memberontak dan memaksa komandan mereka, Charles III - Bangsawan (Duke) dari Bourbon dan Panglima Militer Kekaisaran untuk Perancis, untuk memimpin mereka ke Roma.

Selain 6.000 tentara Spanyol dibawah pimpinan sang bangsawan, pasukan kekaisaran meliputi juga 14.000 tentara bayaran Jerman (Landsknecht) dibawah pimpinan Georg von Frundsberg, sejumlah tentara infanteri Italia dibawah pimpinan Fabrizio Maramaldo, Sciarra Colonna dan Luigi Gonzaga, dan sejumlah tentara kavaleri dibawah pimpinan Ferdinando Gonzaga dan Philibert, Pangeran Chalons. Walau Martin Luther sendiri tidak mendukungnya, banyak orang yang menganggap diri mereka pengikut Martin Luther memandang ibukota Sri Paus sebagai sebuah sasaran serangan untuk alasan religius, dan menjadikan keinginan rakus untuk cepat kaya sebagai keinginan bersama para prajurit dalam menjatuhkan dan merampok ibukota tersebut yang terlihat sebagai sebuah sasaran empuk. Banyak penjahat, bersama dengan para prajurit desertir dari Liga Cognac, bergabung dengan pasukan Kekaisaran selama perjalanan mereka ke Roma.

Charles III meninggalkan Arezzo pada tanggal 20 April 1527, mengambil keuntungan dari kekacauan di antara para prajurit Venice dan sekutu mereka setelah sebuah pemberontakan pecah di Florence melawan Keluarga Medici. Dalam situasi ini, pasukan berjumlah besar yang tidak terkomando merampok Acquapendente dan San Lorenzo all Grotte, serta menduduki Viterbo dan Roncigione, sebelum akhirnya tiba di tembok benteng kota Roma pada tanggal 5 Mei 1527.

Peristiwa Jatuhnya Roma

Jumlah pasukan yang mempertahankan Roma tidaklah besar, hanya terdiri atas 5.000 kaum milisi pimpinan Renzo de Ceri dan Garda Swiss Sri Paus. Pertahanan kota melibatkan tembok-tembok raksasa dan sebuah kekuatan artileri yang kuat yang mana pasukan Kekaisaran tidak bisa menandingi. Charles III perlu untuk menguasai Roma dengan cepat untuk menghindari risiko terjebak antara pasukan pertahanan kota yang sedang diserang dan pasukan Liga Cognac yang pasti akan datang membantu.

Pada tanggal 6 Mei, pasukan Kekaisaran menyerang tembok-tembok kota di Gianicolo dan Bukit-bukit Vatikan. Charles III terluka parah dan akhirnya meninggal dalam serangan tersebut. Benvenuto Cellini dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas terlukanya bangsawan Bourbon tersebut.

Kematian pemegang komando pasukan yang dihormati yang terakhir tersebut menyebabkan para prajurit tidak dapat lagi menahan diri dan mereka dengan mudah mengambil-alih tembok-tembok Roma di hari yang sama. Sebuah peristiwa penting dalam sejarah Garda Swiss terjadi saat itu. Hampir semua anggota Garda Swiss dibunuh oleh para tentara Kekaisaran di tangga Basilika Santo Petrus. Dari 189 prajurit yang sedang bertugas, hanya 42 prajurit Garda Swiss Sri Paus yang selamat. Namun, pengorbanan dan keberanian mereka memastikan bahwa Paus Klemens VII berhasil menyelamatkan diri lewat Passetto di Borgo, sebuah koridor rahasia yang masih menghubungan kota Vatikan dan Castle Sant'Angelo.

Setelah pengeksekusian sekitar 1.000 tentara yang mencoba mempertahankan Roma, perampokan dan penjarahan kota mulai berlangsung. Gereja-gereja dan biara-biara, termasuk juga istana-istana para uskup dan kardinal, dirusak dan dirampas barang-barang berharganya. Banyak biarawati dan wanita lainnya yang diperkosa tanpa ada yang berusaha mencegahnya; para pria disiksa dan dibunuh. Bahkan para kardinal yang pro dengan Kekaisaran harus membayar para tentara perampok ini untuk menyelamatkan kekayaan mereka.

Pada tanggal 8 Mei, Colonna - Kardinal Pompeo - seorang musuh pribadi Paus Klemens VII, tiba di Roma. Ia diikuti oleh para petani dari daerahnya yang datang untuk membalas dendam atas perampokan yang mereka alami sebelumnya atas perintah Sri Paus. Namun, Colonna menjadi iba melihat kondisi yang sangat menyedihkan tersebut di Roma dan membiarkan banyak penduduk Roma untuk mengungsi ke istananya.

Setelah kerusuhan selama tiga hari, Philibert memerintahkan agar perampokan dan penjarahan untuk berhenti, namun hanya sedikit dari para tentara yang mentaatinya. Sementara itu, Paus Klemens VII terus menjadi tahanan di Castel Sant'Angelo. Francesco Maria della Rovere dan Michele Antonio dari Saluzzo datang dengan bantuan kekuatan tentara pada tanggal 1 Juni di Monterosi, sebelah utara Roma. Mungkin karena tindakan mereka yang terlalu berhati-hati sehingga kemenangan mudah atas tentara Kekaisaran yang tidak disiplin lagi tidak tercapai.

Pada tanggal 6 Juni, Paus Klemens VII menyerahkan dan setuju untuk membayar pampasan perang sebesar 400.000 ducati sebagai jaminan atas nyawanya. Kondisi penyerahan termasuk dicaploknya Parma, Piacenza, Civitavecchia dan Modena oleh Kekaisaran Romawi Suci (walau hanya Modena yang nyatanya dapat dikuasai). Pada saat yang bersamaan Venice mengambil kesempatan dari situasi ini untuk mencaplok Cervia dan Ravenna, dan Sigismondo Malatesta kembali ke Rimini.

Pasca Peristiwa

Charles V sangat malu dan tidak berdaya untuk menghentikan tindakan keji pasukannya, tapi ia tidak kecewa dengan kenyataan bahwa pasukannya telah mengalahkan pasukan Paus Klemens VII dan memenjarakannya. Paus Klemens VII selanjutnya menjalani sisa hidupnya berusahan untuk menghindari konflik dengan Charles V, menghindari mengambil keputusan-keputusan yang bisa membuat Sang Kaisar Romawi Suci itu tidak senang (contohnya, ia menolak permintaan pembatalan pernikahan Raja Inggris Henry VIII untuk menceraikan Catherine dari Aragon karena Catherine adalah bibi dari Charles V, Kaisar Romawi Suci dan Charles I dari Spanyol).

Peristiwa ini menandai akhir dari Masa Pencerahan Romawi, merusak wibawa kekuasaan Sri Paus dan membebaskan Charles V untuk bertindak sesuka hati melawan gerakan Reformasi di Jerman. Terhadap hal ini, Martin Luther berkomentar: “Kristus menunjukkan kekuasaan-Nya dengan jalan dimana Sang Kaisar yang menghakimi Luther demi Sri Paus (pada akhirnya) harus menghancurkan Sri Paus agar dapat tetap menghakimi Luther” (LW 49:169).

Sebagai peringatan atas peristiwa ini dan peringatan atas keberanian pasukan Garda Swiss, para anggota baru Garda Swiss Sri Paus dilantik pada tanggal 6 Mei tiap tahunnya.

Sumber: http://id.wikipedia.org

John Dari Britania, Earl Dari Richmond


John dari Britannia atau Jean de Bretagne (sekitar tahun 1266 – 17 Januari 1334) Earl Ketiga Richmond, merupakan seorang berkebangsaan Inggris bangsawan dari Perancis/asal Breton. Ia memasuki pelayanan kerajaan di bawah Edward I, dan berperang di dalam Perang Skotlandia. Pada tanggal 15 Oktober 1306 ia menerima gelar ayahnya Earl dari Richmond. Meskipun ia biasanya setia kepada Edward II selama masa-masa oposisi baron, ia akhirnya mendukung kudeta Isabella dan Mortimer. Ia kemudian mengundurkan diri ke wilayahnya di Perancis, dan selama sisa hidupnya ia tetap tinggal inaktif.

John dari Britannia bukan seorang prajurit yang berprestasi, dan di antara para earl di Inggris politiknya cukup signifikan. Ia tetap sebagai seorang diplomat yang cakap, yang bernilai baik oleh Edward I dan Edward II atas keahliannya bernegosiasi. John tidak pernah menikah dan setelah kematiannya gelar dan wilayahnya jatuh ke tangan keponakannya, John III, Adipati Britannia.

Latar Belakang dan Kehidupan Awal

John merupakan putra kedua John II, Adipati Britannia, dan istrinya Beatrice, yang memiliki 3 orang putra dan 3 orang putri yang selamat sampai usia dewasa. Beatrice adalah putri Henry III dari Inggris, yang menjadikan John sebagai keponakan putra Henry dan pewaris Edward I. Ayahnya memegang gelar Earl dari Richmond, namun hanya sedikit terlibat dengan urusan-urusan politik Inggris. John dibesarkan di istana Inggris bersama dengan putra Edward I Henry, yang wafat di tahun 1274. Ia berpartisipasi di dalam turnamen di masa mudanya, namun tidak pernah membedakan dirinya sebagai seorang prajurit. 

Ketika di tahun 1294 raja Perancis menyita Wilayah Adipati Aquitania Raja Edward, John melakukan perjalanan ke Perancis namun gagal untuk mengambil Bordeaux, dan di hari Paskah tahun 1295 harus melarikan diri ke kota Rions. Di bulan Januari 1297 ia ikut ambil bagian dari kekalahan di pengepungan Bellegarde dengan Henry de Lacy, Earl dari Lincoln, diikut dengan kepulangannya ke Inggris.

Meskipun memiliki hasil yang buruk di Perancis ia tetap dinilai tinggi oleh Raja Edward I, yang menganggapnya sebagai putranya sendiri. Setelah kepulangannya ke Inggris John terlibat di dalam Perang Skotlandia. Ia barangkali juga terlibat di dalam Pertempuran Falkirk di tahun 1298, dan dengan pasti Pengepungan Caerlaverock di tahun 1300. Ayahnya wafat di tahun 1305, dan digantikan Wilayah Adipati Britannia oleh abang John, Arthur. Akan tetapi di tahun berikutnya, Edward I menginvestasikan John dengan gelar ayahnya yang lain, Earl dari Richmond.

Pelayanan Kepada Edward II

Meskipun kegagalan militer dan politik yang relatif signifikan, pemerintahan Inggris memandang Richmond sebagai seorang diplomat yang terpercaya. Ia adalah seorang perantara yang cakap, dan koneksi Perancisnya merupakan aset yang berguna. Di tahun 1305, Edward I menunjuknya sebagai Pengawal Skotlandia, sebuah posisi yang dikonfirmasikan setelah aksesi Edward II di tahun 1307. Pada saat ini Richmond juga merupakan salah seorang earl yang tertua di negara tersebut. Karena hubungan di antara Edward II dan bangsawannya memburuk, Richmond tetap setia kepada raja; di tahun 1309 ia melanjutkan kedutaan untuk Paus Clement V demi orang kesayangan Edward Piers Gaveston. 

Richmond diduga adalah sahabat dekat Gaveston, dan tidak berbagi sikap antagonis yang dipegang oleh ear tertentu lainnya. Akan tetapi, di tahun 1310 hubungan di antara Edward II dan para earlnya memburuk ke titik dimana sebuah komite tokoh terkemuka mengambil alih pemerintahan dari raja. Richmond merupakan salah satu dari delapan earl yang ditunjuk ke dalam kelompok tersebut of 21, yang disebut sebagai Maharaja Ordainer.


Richmond kemudian melakukan perjalanan ke Perancis untuk negosiasi diplomatik, sebelum kembali ke Inggris. Gaveston, diasingkan oleh para Ordainer tapi yang kemudian berbalik, menjadi terbunuh di bulan Juni 1312 oleh Thomas dari Lancaster dan para bangsawan lainnya. Kejadian itu menimpa Richmond, bersama dengan Gilbert de Clare, Earl dari Gloucester, untuk mendamaikan kedua belah pihak setelah kejadian itu. Di tahun 1313 ia mengikuti Edward pada kunjungan negara ke Perancis, dan setelah itu ia tinggal sebagai seorang pengikut yang terpercaya. Di tahun 1318 ia menyaksikan Perjanjian Leake, yang memulihkan Edward pada kekuasaan penuh.

Di tahun 1320 ia sekali lagi menemani raja ke Perancis, dan di tahun berikutnya ia mengemban negosiasi perdamaian dengan bangsa Skotlandia. Ketika di tahun 1322 Thomas dari Lancaster memberontak dan dikalahkan di dalam Pertempuran Boroughbridge, Richmond hadir di pengadilan, ketika Lancaster dihukum mati. Setelah ini, Edward melancarkan kampaye militer yang gagal melawan Skotlandia. Meskipun Richmond menutupi kemunduran Edward di Pertempuran Byland Kuno, memungkinkannya untuk menghindari penangkapan, Richmond ditawan. Ia tetap tinggal sebagai tawanan sampai dengan tahun 1324, ketika ia dibebaskan untuk tebusan sebanyak 14,000 Mark. Setelah ia dibebaskan, ia melanjutkan kegiatan diplomatiknya di Skotlandia dan Perancis.

Penurunan Tahta Edward II dan Tahun-tahun Terakhir

Di bulan Maret 1325 Richmond melakukan perjalanan pulang yang terakhir ke Perancis, dimana untuk pertama kalinya ia membuat dirinya sendiri oponen yang nyata terhadap raja. Wilayah-wilayahnya di Inggris disita oleh Mahkota. Ia menyelaraskan dirinya sendiri dengan Ratu Isabella, yang dikirim ke misi diplomatik ke Perancis, dan mengabaikan perintah-perintah suaminya untuk kembali. Di bulan September 1326 Isabella, kekasihnya Mortimer, dan sekelompok pasukan kecil menyerang Inggris. Di bulan Januari 1327 Edward II dipaksa untuk berabdikasi, dan putranya diumumkan sebagai Raja Edward III. 

Meskipun wilayah-wilayah Richmond dipulihkan, tahun-tahun terakhirnya dihabiskan di wilayah-wilayah Perancisnya, dan ia tetap sebagian besar terputus dari urusan-urusan politik Inggris. Ia wafat pada tanggal 17 Januari 1334, dan dimakamkan di dalam gereja Franciskan di Nantes. John dari Britannia tidak pernah menikah; ia digantikan oleh keponakannya John (putra Arthur), yang menjadi pewaris wilayah Earlnya.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Arthur II, Adipati Britania

Arthur II (2 Juli 1262 – 27 Agustus 1312), dari Istana Dreux, merupakan seorang Adipati Britannia dari tahun 1305 sampai kematiannya. Ia adalah putra sulung John II dan Beatrice, putri Henry III dari Inggris dan Eleanor dari Provence.

Setelah ia menjadi pewaris tahta keadipatian, ia memberikan saudaranya John ayah Inggrisnya wilayah earl dari Richmond.


Sebagai adipati, Arthur independen dari mahkota Perancis. Ia membagi wilayah adipatinya ke dalam delapan "pertempuran": Leon, Kernev, Landreger, Penteur, Gwened, Naoned, Roazhon, dan Sant Malou. Di tahun 1309, ia mengadakan rapat wilayah umum (leluhur parlemen Breton) di Britannia. Peristiwa ini adalah untuk yang pertama kalinya di dalam sejarah Perancis yang dihadiri oleh negara ketiga.

Arthur wafat di Château de L'Isle dan dimakamkan di dalam sebuah makam marmer cordelier di Vannes. Makam tersebut dirusak semasa Revolusi Perancis, namun diperbaiki dan masih ada sampai sekarang.

Di tahun 1275, Arthur menikahi Mary, Viscount Wanita Limoges, putri Gui VI, Viscount dari Limoges dan Margaret, Lady dari Molinot. Eyang maternalnya adalah Hugh IV, Adipati Burgundia dan istri pertamanya Yolande dari Dreux. Mereka adalah orangtua dari 3 orang anak:

* John III, Adipati Britannia (8 Maret 1286 – 30 April 1341).
* Guy dari Britannia, Pangeran Penthièvre (1287–1331). Ayah Joanna dari Penthièvre.
* Peter dari Britannia (1289–1312).

Mary meninggal di tahun 1291. Di bulan Mei, 1292, Arthur menikah lagi dengan Yolande dari Dreux, yang adalah Pangera Wanita Montfort, putri Robert IV, Pangeran Dreux dan Beatrice de Montfort. Ia secara singkat adalah Ratu Skotlandia oleh pernikahannya yang pertama. Mereka adalah orangtua dari 7 orang anak:

* Joan dari Britannia (1294–1363), menikah dengan Robert, Maharaja de Cassell.
* John IV, Adipati Britannia (1295 – 16 September 1345).
* Beatrice dari Britannia (1295–1384), menikah dengan Guy X, Maharaja Laval.
* Joan dari Britannia (1296–1364), menikah dengan Robert, Pangeran Marle.
* Alice dari Britannia (1297–1377), menikah dengan Bouchard VI, Pangeran Vendôme.
* Blanche dari Britannia (lahir sekitar 1300), diperkirakan mati muda.
* Marie dari Britannia (1302–1371). Seorang biarawati.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Pelajaran Bagi Para Penguasa

Gaddafi memberikan julukan dirinya dengan : "Raja di Raja". Berkuasa selama 42 tahun. Kekayaannya mencapai $ 160 miliar dollar. Anak-anaknya, dan keluarganya ikut berkuasa. Libya menjadi identik dengan Gaddafi, anaknya, dan keluarganya. Selama 42 tahun berkuasa, dan dengan minyak melimpah, tak dapat mengubah hidup rakyatnya. Tetap terbelakang.


"Raja di Raja", akhirnya, dikuburkan sebelum fajar, pukul 05.00 waktu Libya, di padang gurun, dan dirahasiakan. Penguburan jenazahnya dilakukan sesudah lima hari tewas ditembak.

Selama lima hari itu, jenazah Gaddafi itu dipertontokan kepada kalayak di sebuah supermarket, di Misrata. Jenazah Gaddafi dibaringkan begitu saja diatas matras di ruang pendingin, yang digunakan sebagai penyimpanan daging.

Selama lima hari itu jenazah Gaddafi menjadi tontotan rakyatnya. Begitulah nasib Gaddafi. Kematiannya menjadi semacam katarsis bagi rakyatnya di zaliminya selama berkuasa.

Akhir hidup "Raja di Raja" sangat tragis dan hina. Gaddafi ditangkap di gorong-gorong, digelandang, dipukuli, dijambak rambutnya, ditendang hingga terjatuh, kemudian ditembak.

Padahal, Gaddafi sudah menghiba kepada yang menangkapnya, memohon jangan diperlakukan dengan kasar, disakiti, dan diberikan hak hidup. Tetapi, mereka sudah tidak peduli lagi, dan ketika Gaddafi itu terjatuh, ditembak kepalanya.

Penguburan Gaddafi menjadi perdebatan dikalangan pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC), di mana Gaddafi itu dimakamkan? Sebagian menginginkan agar Gaddafi itu dimakamkan di pekuburan para agresor atau musuh rakyat Llibya, di dekat kota Misrata. Kuburan para agresor itu, adalah para loyalis Gaddafi yang tewas dalam pertempuran di Misrata. Tetapi, rakyat di Misrata menolak jenazah Gaddafi dikubur di Misrata.

Namun, sikap yang paling jelas, terkait dengan jenazah Gaddafi adalah Mufti Libya, Sheikh Shadiq al-Gariyani, bagaimana dalam memperlakukan jenazah Gaddafi. Sheikh Al-Gariyani, berfatwa melarang melakukan shalat jenazah atas jasad Gaddafi di masjid atau melakukan shalat ghaib atas jenazah mantan penguasa Libya itu di manapun di muka bumi ini. Itulah status Gaddafi.

Sheikh Abdullah Azzam menegaskan bahwa Gaddafi itu kafir, menjadi musuh umat Islam. Ketika berlangsung aksi-aksi protes, dan terus berjatuhan korban tewas, Sheikh Yusuf al-Qardawi, menfatwakan, agar siapa saja yang dekat dengan Gaddafi membunuhnya. Fatwa al-Qardawi itu disampaikan saat shalat Jum'at di Qatar.

Di dalam al-Qur'an, sangat tegas Allah Azza Wa Jalla menyampaikan larangan membunuh manusia, tanpa dasar yang haq. Lalu, berapa kaum Muslimin dibunuh oleh Gaddafi selama berkuasa 42 tahun?

Allah Azza Wa Jalla memberikan berbagai bentuk kenikmatan kepada manusia, salah satunya berupa kekuasaan, dan hendaknya kekuasaan itu digunakan dalam rangka taat dan tunduk kepada Allah Rabbul Alamin. Bukan menyombongkan diri. Kekuasaan yang dimilikinya hendaknya tetap dalam rangka bersyukur kepada Rabbul Alamin, bukan kemudian berbuat kufur dan durhaka atas nikmat-Nya.

Bahkan suatu ketika "Raja di Raja" Gaddafi menjadi imam shalat, usai membaca al-Fatihah, kemudian membaca surah al-Ikhlas. Gaddafi, tidak membaca, "kull" (katakanlah Muhamamd), tetapi dia langsung membaca: "Allahu ahad", sampai akhir ayat. Begitulah sikap Gaddafi.

Gambaran pandangannya dan sikapnya terhadap Islam, sudah sangat jelas, dan selama berkuasa 42 tahun, tidak mau menegakkan sistem Islam, dan berhukum dengan hukum Islam. Gaddafi menegakkan sistem "la diniyah" alias sekuler, semuanya tertera dengan sangat gamblang dalam "Buku Hijau" nya itu.

Mungkin nasib Gaddafi hanya bisa disamakan dengan mantan diktator Hongaria, Ceausescu, yang ketika berlangsung revolusi di Hongaria, di tangkap, kemudian ditembak bersama isterinya, sampai darah dari kepalanya muncrat. Dalam tayangan telivisi itu, bagaimana Ceasusescu, mengakhiri hidupnya dengan sangat tragis.

Semoga peristiwa yang jauh dari Indonesia, di dunia Arab dan Afrika Utara itu, bisa menjadi 'itibar (pelajaran) bagi para penguasa di manapaun, agar mereka tidak lupa, ketika berkuasa, dan menyakiti rakyat, serta meninggalkan rasa syukur.

Bahwa kekuasaan itu hakekatnya pemberian dari Allah Azza Wa Jalla, yang seharusnya dijalankan dengan penuh amanah, dan tidak semena-mena. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com

Hilangnya Hegemoni Amerika di Dunia Arab


Secara tiba-tiba Presiden Barack Obama mengumumkan berakhirnya perang di Irak. Pengumuman Obama itu, menimbulkan reaksi dikalangan internal pemerintahan Obama, termasuk Menteri Pertahanan Leon Panetta, yang menilai terlalu cepat pengumuman itu. Tetapi, diakui oleh Panetta, keputusan politik Obama itu, terkait pemotongan anggaran bagi Pentagon, yang sangat signifikan, yang bertujuan mengurangi defisit anggaran.

Pemerintahan Irak yang dipimpin Al-Maliki dibawah pengaruh Syiah, yang dipimpin Muqtada al-Sadr, dan memperlihatkan sikapnya tidak bersahabat dengan Amerika Serikat. Jadi invasi Amerika Serikat ke Irak, yang banyak menimbulkan korban, tidak menghasilkan tujuan yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat. Justru Amerika Serikat kehilangan hegemoni diwilayah itu.

Perlahan-lahan Amerika Serikat mulai kehilangan pengaruh dan hegemoninya di dunia Arab. Pengaruh Amerika Serikat dikawasan itu terus memudar. Tidak memiliki pengaruh signifikan lagi. Ini bersamaan dengan perubahan politik yang luas di dunia Arab dan Afrika Utara. Di mana sejak berlangsungnya revolusi yang mula-mula terjadi di Tunia, Februari lalu, dan terus menjalar ke seluruh dunia Arab dan Afrika Utara.

Revolusi di dunia Arab dan Afrika Utara itu, menimbulkan dampak yang luas, terutama terjadinya sirkulasi kekuasaan. Pergantian dari rezim sebelumnya kepada pemerintahan baru, yang berbeda coraknya.

Sekarang rezim-rezim diktator yang selama ini menjadi perpanjangan tangan dari kepentingan Barat, satu-satu berguguran. Digantikan rezim yang baru melalui proses pemilihan. Seperti yang terjadi di Tunisia.

Masalahnya, pemerintahan yang baru, bukan lagi rezim-rezim yang diktator, dan memerintah dengan satu tangan. Tetapi, rezim baru bercorak demokratis, dan mengakomodasi banyak kepentingan, serta tidak lagi sistem pengambilan keputusan ada di satu tangan.

Selain itu, corak pemerintahan baru di dunia Arab dan Afrika Utara itu, memiliki warna ideologi berbeda dengan rezim sebelumnya. Seperti sekarang terjadi di Tunisia dan Libya, kemungkinan Mesir. Di mana kaum Islamis memenangkan pemilihan. Mereka belum tentu dapat menjadi perpanjangan tangan bagi kepentingan Barat. Apalagi, Barat selama ini, terlalu memanjakan Israel. Menjadikan rezim baru di dunia Arab dan Afrika Utara, yang sudah berubah itu, kemungkinan sangat apriori terhadap Barat.

Meskipun, serangkaian langkah yang dijalankan oleh kebijakan Amerika Serikat dan Eropa, mencoba memanfaatkan dengan mendukung gerakan revolusi dan protes di dunia Arab dan Afrika Utara itu, sebagai sebuah siasat, agar mereka tetap mempunyai pengaruh dengan rezim baru, khususnya bercorak Islam.

Lebih-lebih rakyat di dunia Arab dan Afrika Utara, sudah sangat trauma dengan peranan Amerika Serikat dan Eropa, terus-menerus mendukung rezim-rezim diktator dalam kurun waktu sangat panjang. Zine Al Abidin ben Alli, Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Gaddafi, Raja Abdulah (Saudi), Raja Abdullah (Jordania), mereka adalah rezim sangat repressif dan menjadi perpanjangan tangan Barat.

Sekarang, seperti langkah-langkah Turki mengusir Duta Besar Israel dari Ankara, dan memutuskan semua tingkat hubungan bilateral dengan Israel itu, menunjukkan bahwa pengaruh Israel dan Amerika sudah menurun. Langkah Turki memberikan inspirasi terhadap dunia Arab dan Afrika Utara, dan mereka ingin lebih bersikap independen.

Bagaimana ketika di Tunisia yang memenangkan pemilihan Partai Islam An-Nahdhah, di Mesir yang memenangkan Partai Keadilan dan Kebebasan, dan Libya menjadi negara Islam, seperti yang dinyatakan oleh Ketua Dewan Transisi Nasional, Mustafa Abdul Jalil? Kemudian, di Yaman, Ali Abdullah Saleh juga tersingkir, dan digantikan kekuatan Islam, seperti Partai Ishlah? Kekuatan Islam di Syria yang dipelopori Gerakan Islam (Sunni), terutama yang menjadi lawan politik rezim Alawiyyin (Shia), semakin menampakkan pengaruhnya. Ini semua akan berdampak terhadap hegemoni Amerika Serikat.

Perubahan di dunia Arab dan Afrika Utara itu, tidak hanya berdampak terhadap hilangnya hegemoni Amerika Serikat, tetapi juga "warning" bagi Israel, seperti yang dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang mengatakan, bahwa Israel akan semakin terisolasi, jika Israel tidak segera mengambil langkah menuju perdamaian.

"Israel tidak akan survive menghadapi gelombang perubahan di dunia Arab dan kebangkitan Islam", ujar Leon Panetta.

Aksi penyerbuan Kedutaan Israel di Cairo, Mesir, yang begitu hebat, dan kemudian membakar sebagian gedung itu, menandai atmoshfir (suhu) politik di duni Arab sedang berubah. Ini dampaknya akan semakin memojokkan posisi Amerika Serikat dalam percaturan politik di kawasan itu.

Apalagi, pemerintahan baru, yang lahir, sangat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, yang lebih bercorak Islam, dan semakin beragam dalam sistem pengambilan keputusan nantinya.

Amerika Serikat dan sekutunya Israel, harus mempertimbangkan kembali posisinya di tengah-tengah dunia Arab yang sudah berubah, jika masih ingin mempunyai mitra dengan rakyat dan gerakan-gerakan Islam di dunia Arab dan Afrika Utara. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com