Thursday, October 27, 2011

Jatuhnya Roma (1527)

Jatuhnya Roma pada tanggal 6 Mei 1527 akibat serangan tentara Charles V menandai kemenangan penting bagi pihak kekaisaran dalam konflik antara Kekaisaran Romawi Suci dan Liga Cognac (1526-1529) - aliansi dari Perancis, Milan, Venice, Florence dan Vatikan.


Latar Belakang

Paus Klemens VII telah memberikan dukungannya pada Perancis dalan sebuah usaha untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa, dan membebaskan Vatikan dari dominasi pengaruh Kekaisaran Romawi Suci. Pasukan Kaisar Romawi Suci telah mengalahkan pasukan Perancis di Italia, tapi tidak memiliki uang untuk membayar gaji para prajurit. Sekitar 34.000 tentara Kekaisaran itu kemudian memberontak dan memaksa komandan mereka, Charles III - Bangsawan (Duke) dari Bourbon dan Panglima Militer Kekaisaran untuk Perancis, untuk memimpin mereka ke Roma.

Selain 6.000 tentara Spanyol dibawah pimpinan sang bangsawan, pasukan kekaisaran meliputi juga 14.000 tentara bayaran Jerman (Landsknecht) dibawah pimpinan Georg von Frundsberg, sejumlah tentara infanteri Italia dibawah pimpinan Fabrizio Maramaldo, Sciarra Colonna dan Luigi Gonzaga, dan sejumlah tentara kavaleri dibawah pimpinan Ferdinando Gonzaga dan Philibert, Pangeran Chalons. Walau Martin Luther sendiri tidak mendukungnya, banyak orang yang menganggap diri mereka pengikut Martin Luther memandang ibukota Sri Paus sebagai sebuah sasaran serangan untuk alasan religius, dan menjadikan keinginan rakus untuk cepat kaya sebagai keinginan bersama para prajurit dalam menjatuhkan dan merampok ibukota tersebut yang terlihat sebagai sebuah sasaran empuk. Banyak penjahat, bersama dengan para prajurit desertir dari Liga Cognac, bergabung dengan pasukan Kekaisaran selama perjalanan mereka ke Roma.

Charles III meninggalkan Arezzo pada tanggal 20 April 1527, mengambil keuntungan dari kekacauan di antara para prajurit Venice dan sekutu mereka setelah sebuah pemberontakan pecah di Florence melawan Keluarga Medici. Dalam situasi ini, pasukan berjumlah besar yang tidak terkomando merampok Acquapendente dan San Lorenzo all Grotte, serta menduduki Viterbo dan Roncigione, sebelum akhirnya tiba di tembok benteng kota Roma pada tanggal 5 Mei 1527.

Peristiwa Jatuhnya Roma

Jumlah pasukan yang mempertahankan Roma tidaklah besar, hanya terdiri atas 5.000 kaum milisi pimpinan Renzo de Ceri dan Garda Swiss Sri Paus. Pertahanan kota melibatkan tembok-tembok raksasa dan sebuah kekuatan artileri yang kuat yang mana pasukan Kekaisaran tidak bisa menandingi. Charles III perlu untuk menguasai Roma dengan cepat untuk menghindari risiko terjebak antara pasukan pertahanan kota yang sedang diserang dan pasukan Liga Cognac yang pasti akan datang membantu.

Pada tanggal 6 Mei, pasukan Kekaisaran menyerang tembok-tembok kota di Gianicolo dan Bukit-bukit Vatikan. Charles III terluka parah dan akhirnya meninggal dalam serangan tersebut. Benvenuto Cellini dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas terlukanya bangsawan Bourbon tersebut.

Kematian pemegang komando pasukan yang dihormati yang terakhir tersebut menyebabkan para prajurit tidak dapat lagi menahan diri dan mereka dengan mudah mengambil-alih tembok-tembok Roma di hari yang sama. Sebuah peristiwa penting dalam sejarah Garda Swiss terjadi saat itu. Hampir semua anggota Garda Swiss dibunuh oleh para tentara Kekaisaran di tangga Basilika Santo Petrus. Dari 189 prajurit yang sedang bertugas, hanya 42 prajurit Garda Swiss Sri Paus yang selamat. Namun, pengorbanan dan keberanian mereka memastikan bahwa Paus Klemens VII berhasil menyelamatkan diri lewat Passetto di Borgo, sebuah koridor rahasia yang masih menghubungan kota Vatikan dan Castle Sant'Angelo.

Setelah pengeksekusian sekitar 1.000 tentara yang mencoba mempertahankan Roma, perampokan dan penjarahan kota mulai berlangsung. Gereja-gereja dan biara-biara, termasuk juga istana-istana para uskup dan kardinal, dirusak dan dirampas barang-barang berharganya. Banyak biarawati dan wanita lainnya yang diperkosa tanpa ada yang berusaha mencegahnya; para pria disiksa dan dibunuh. Bahkan para kardinal yang pro dengan Kekaisaran harus membayar para tentara perampok ini untuk menyelamatkan kekayaan mereka.

Pada tanggal 8 Mei, Colonna - Kardinal Pompeo - seorang musuh pribadi Paus Klemens VII, tiba di Roma. Ia diikuti oleh para petani dari daerahnya yang datang untuk membalas dendam atas perampokan yang mereka alami sebelumnya atas perintah Sri Paus. Namun, Colonna menjadi iba melihat kondisi yang sangat menyedihkan tersebut di Roma dan membiarkan banyak penduduk Roma untuk mengungsi ke istananya.

Setelah kerusuhan selama tiga hari, Philibert memerintahkan agar perampokan dan penjarahan untuk berhenti, namun hanya sedikit dari para tentara yang mentaatinya. Sementara itu, Paus Klemens VII terus menjadi tahanan di Castel Sant'Angelo. Francesco Maria della Rovere dan Michele Antonio dari Saluzzo datang dengan bantuan kekuatan tentara pada tanggal 1 Juni di Monterosi, sebelah utara Roma. Mungkin karena tindakan mereka yang terlalu berhati-hati sehingga kemenangan mudah atas tentara Kekaisaran yang tidak disiplin lagi tidak tercapai.

Pada tanggal 6 Juni, Paus Klemens VII menyerahkan dan setuju untuk membayar pampasan perang sebesar 400.000 ducati sebagai jaminan atas nyawanya. Kondisi penyerahan termasuk dicaploknya Parma, Piacenza, Civitavecchia dan Modena oleh Kekaisaran Romawi Suci (walau hanya Modena yang nyatanya dapat dikuasai). Pada saat yang bersamaan Venice mengambil kesempatan dari situasi ini untuk mencaplok Cervia dan Ravenna, dan Sigismondo Malatesta kembali ke Rimini.

Pasca Peristiwa

Charles V sangat malu dan tidak berdaya untuk menghentikan tindakan keji pasukannya, tapi ia tidak kecewa dengan kenyataan bahwa pasukannya telah mengalahkan pasukan Paus Klemens VII dan memenjarakannya. Paus Klemens VII selanjutnya menjalani sisa hidupnya berusahan untuk menghindari konflik dengan Charles V, menghindari mengambil keputusan-keputusan yang bisa membuat Sang Kaisar Romawi Suci itu tidak senang (contohnya, ia menolak permintaan pembatalan pernikahan Raja Inggris Henry VIII untuk menceraikan Catherine dari Aragon karena Catherine adalah bibi dari Charles V, Kaisar Romawi Suci dan Charles I dari Spanyol).

Peristiwa ini menandai akhir dari Masa Pencerahan Romawi, merusak wibawa kekuasaan Sri Paus dan membebaskan Charles V untuk bertindak sesuka hati melawan gerakan Reformasi di Jerman. Terhadap hal ini, Martin Luther berkomentar: “Kristus menunjukkan kekuasaan-Nya dengan jalan dimana Sang Kaisar yang menghakimi Luther demi Sri Paus (pada akhirnya) harus menghancurkan Sri Paus agar dapat tetap menghakimi Luther” (LW 49:169).

Sebagai peringatan atas peristiwa ini dan peringatan atas keberanian pasukan Garda Swiss, para anggota baru Garda Swiss Sri Paus dilantik pada tanggal 6 Mei tiap tahunnya.

Sumber: http://id.wikipedia.org